Minggu pagi (3/1/2016), riauposting.comsecara lisan diundang seorang tetangga ke acara pesta pernikahan yang berlokasi di Jalan Serta Daya, parit 10, Tembilahan. Meski beda jalan, kebetulan lokasi pesta pernikahan itu tidak jauh dari kediaman riauposting.com.
Pada awalnya riauposting.com mengira resepsi pernikahan itu sama seperti resepsi pernikahan pada umumnya. Sebuah informasi menarik diterima, bahwa acara pesta pernikahan itu adalah hajat seorang istri “menikahkan” suaminya karena nazar yang dia ikrarkan.
Bagi sebagian orang, hal ini barangkali dianggap diluar kelaziman. Sepengetahuan riauposting.com, peristiwa unik ini pun terbilang langka terjadi, baik di Tembilahan, maupun di daerah lain di wilayah Inhil. Beruntung keluarga pengantin dan kedua mempelai bersedia membagi kisah fenomenal itu kepada riauposting.com.
Usai resepsi, pada Minggu sore (3/1/2016), riauposting.comditerima melakukan wawancara dikediaman mempelai pria. Berikut riauposting.com sajikan kisah singkatnya bagi pembaca sekalian.
Kasmuri dan Hj. Siti Aminah Pasangan Harmonis
Kasmuri (50) dan Hj. Siti Aminah (45) menikah sekitar tahun 1986. Ditilik dari usia perkawinan yang hampir tiga puluh tahun, kehidupan rumah tangga pasangan ini boleh dibilang harmonis. Tidak ada riak-riak masalah yang sampai menjadi konflik besar dalam kehidupan rumahtangganya. Mereka dikarunia lima anak dan telah memilki beberapa cucu. Selain sebagai petani kelapa, Kasmuri juga berprofesi sebagai pedagang kelapa.
Sebagai pasangan yang menikah muda, awalnya mereka bekerja menjadi buruh di perkebunan kelapa milik seseorang di kecamatan Enok. Lima tahun pertama secara ekonomi dirasakan sebagai tahun yang berat bagi mereka mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Apalagi mereka telah dikarunia beberapa anak.
Rupanya Kasmuri dan Siti termasuk pekerja keras. Selain pekerja keras, mereka pandai menabung. Kasmuri muda juga di percaya oleh induk semangnya mengurus penjualan kelapa hingga ke Kuala Enok, kecamatan Tanah Merah. Upah yang mereka dapatkan sedikit demi sedikit disisihkan untuk membeli kebun, meski dengan jumlah baris yang kecil.
Tahun 1999 merupakan titik cerah perekenomian Kasmuri. Selain jumlah kebun yang dimilki bertambah banyak, Kasmuri juga mulai membeli kelapa milik petani. Dari pengalaman sewaktu mengurus penjualan kelapa, tak begitu sulit bagi dia melihat prospek berdagang kelapa. Sebagai pendatang baru di jual-beli kelapa, boleh dikata usaha Kasmuri berkembang cukup pesat. Puncaknya pada tahun 2001, dari hasil kebun dan berdagang kelapa, Kasmuri bisa menunaikan ibadah haji bersama sang istri.
Nazar Istri
Hidup adalah bak roda berputar. Begitu ungkapan mengatakan. Adakala susah, adakala senang, adakala sehat, adakala sakit dan lain sebagainya. Dan itu ketetapan Tuhan atas kehidupan manusia. Sekitar tahun 2007, Siti Aminah mengalami penyakit pada kedua kaki yang membuat dia sulit berjalan.
Berbagai pengobatan cukup diupayakan Kasmuri untuk kesembuhan istrinya, baik secara medis, maupun secara tradisonal. Namun berbagai upaya itu seperti belum memberikan dampak bagi kesembuhan Siti Aminah. Hasil kebun dan perdagangan kelapa juga mengalami penurunan, disamping pengobatan Siti yang cukup menguras biaya.
Suatu ketika, Siti Aminah berujar kepada Kasmuri bahwa jika nanti dirinya diberi kesembuhan oleh Tuhan, serta hasil kebun dan usaha jual-beli kelapa mereka kembali mengalami peningkatan, Siti bernazar akan mencarikan istri bagi Kasmuri, atau mengizinkan suaminya itu jika ingin menikah lagi.
Nazar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah janji pada diri sendiri hendak berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Sepertinya apa yang dinazarkan Siti “dijawab” Tuhan. Beberapa waktu kemudian penyakit yang dialami Siti berangsur-angsur pulih. Kebun kelapa mereka juga memberikan hasil yang cukup baik, ditambah jual-beli kelapa yang kembali memberi keuntungan memuaskan.
Ditentang Anak dan Keluarga
Sebagai muslim yang taat, Siti istiqomah dengan janji yang dia ucapkan. Siti pula yang langsung mengutarakan nazarnya mencarikan istri bagi Kasmuri kepada anak-anaknya. Pada awalnya pihak keluarga, terutama anak-anaknya keberatan dengan niat Siti memenuhi nazarnya. Alasannya usia Kasmuri yang sudah setengah abad dan meragukan niat perempuan yang nanti bersedia jadi pendamping hidup Kasmuri.
Setelah menjelaskan konsekwensi nazar jika diingkari, akhirnya pihak keluarga setuju, dengan catatan Kasmuri dicarikan istri yang benar-benar punya niat tulus berumahtangga, dan mau menerima Kasmuri apa adanya.
Rezeki, maut, jodoh diluar kuasa manusia. Jalan Kasmuri menemukan pendamping hidup ke 2 seperti mulus tanpa hambatan. Awalnya Kasmuri dikenalkan secara tidak langsung dengan seorang perempuan melalui nomor hand phone (Hp) yang diberi temannya.
Kasmuri seperti ditakdirkan mendapat jodoh kembali. Perempuan yang dikenalkan itu, selidik punya selidik ternyata masih terhitung kerabat jauh mereka. Setelah bertemu langsung dengan perempuan bernama Khariah (34), janda tanpa anak yang berprofesi sebagai sales sebuah produk di Tembilahan, bersedia menerima Kasmuri, meski usia mereka terpaut cukup jauh. Satu syarat yang diajukan Khairiah, dia ingin mendengar langsung dari istri Kasmuri, bahwa istri pertama Kasmuri bersedia bermadu dengan dirinya.
Proses Singkat, Kepala KUA Puji Istri Kasmuri
Hanya butuh tiga hari dari pertemuan pertama antara Kasmuri dengan Khairiah. Proses lamaran secara resmipun dilakukan ke keluarga Khairiah. Gayung bersambut, pihak keluarga Khairiah menerima Kasmuri sebagai calon suami Khairiah.
Setelah semua urusan administrasi pernikahan selesai, Kasmuri menikah secara resmi di Kantor Urusan Agama (KUA) Kuala Enok, kecamatan Tanah Merah. Akad nikah dilakukan di Kuala Enok karena secara catatan kependudukan, Kasmuri masih terhitung sebagai penduduk kecamatan Tanah Merah.
Pada saat akad nikah, Siti Aminah hadir menyaksikan prosesi ijab kabul. Menurut Kasmuri, kehadiran istri pertamanya itu sampai di puji oleh kepala KUA. “Luar biasa mak haji ini,” kata kepala KUA sambil menepuk-nepuk pundak Siti Aminah. Pujian itu sebagai ungkapan salut kepala KUA melihat Siti yang dengan sepenuh hati memenuhi nazarnya.
Ketika ditanya apa Kasmuri tidak malu menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan istri ke 2 yang di buat istrinya, dia menegaskan justru ingin mengabarkan moment penting dalam hidupnya kepada masyarakat.
“Pernikahan ini bukan sekedar memenuhi nazar istri pertama yang lantas boleh membuat saya tidak sungguh-sungguh. Pesta pernikahan ini adalah bentuk niat baik saya dan istri pertama kepada istri sekarang.
Pernikahan itu mulia dan bukan sesuatu yang memalukan. Saya tidak mau menikah sirri, karena pernikahan dalam agama kita bukan sesuatu yang harus disembunyikan, makanya saya menikah resmi sesuai hukum agama dan hukum negara, ” katanya.
“Lagipula agama mengajarkan, jika kita mampu, maka sebaiknya dibuat hajatan pernikahan dengan mengundang orang ramai sebagai syiar dan menghindari fitnah,” ucapnya lebih lanjut.
Terlepas pro dan kontra dari peristiwa seperti ini, banyaknya tamu yang hadir saat resepsi pernikahan Kasmuri-Khairiah seperti membantah sudut pandang sebagian orang, bahwa mengadakan pesta pernikahan kedua disaat seorang laki-laki masih beristri dianggap memalukan dan “tabu” diselenggarakan.
Semua anak-anak Kasmuri berbesar hati menerima Khairiah sebagai istri baru ayah mereka. Mereka berharap kedua orang tua dan ibu tiri mereka terus hidup bahagia. Itu terlihat dari ekpresi suka-cita anak lelaki bungsu Kasmuri yang sudah SMA saat ikut menyambut kehadiran riauposting.com.
Sementara ini Kasmuri masih melabuhkan dua cintanya dalam satu atap bersama dengan anak-anaknya yang belum menikah. Masyarakat sekitarpun terlihat merespon positif Khariah sebagai istri ke dua Kasmuri dilingkungan mereka.
APA TANGGAPAN ANDA?
Sumber : riauposting.com
0 Response to " Penuhi Nazar, Istri di Riau Nikahkan Suaminya "
Posting Komentar