Dua Purnama di Malam Ramadan dan Hidayah Berhijab di Benua Amerika


Kisahku unik, aku sudah lama menetap di negeri Paman Sam. Keinginanku untuk menggunakan hijab selalu tertunda, tertutup rapat dengan kesibukan duniawi. Tapi walau pun begitu, aku selalu mengenakan pakaian sopan. Jauh dari tank top, mini skirt, yang sudah terbiasa ditemukan di setiap sudut jalan di Amerika.
Aku termasuk orang yang tidak peduli dengan kesibukan orang lain, aku wanita independent, yang mampu melakukan multi tasking job. Aku mulai berkarir sejak di bangku kuliah, sesuatu yang penuh berkah yang Allah berikan padaku. Pagi aku kerja di bank, malam aku kuliah. Aku memang senang belajar, walau otak dan kemampuanku pas-pasan. Tidak hanya itu, aku juga disibukkan dengan aneka macam kursus. Aku berpikir, kuliah saja tidak cukup. Aku harus punya tambahan ilmu untuk bisa lebih mendapatkan apa yang ku mau saat itu. Itulah yang selalu aku pesankan pada keponakanku dan adik-adik yang masih di bangku sekolah.
Menikah Dengan Pria Warga Negara Amerika
Akhirnya aku tiba di masa memilih pasangan yang kelak akan menjadi calon suamiku. Namun tanpa disadari aku hanya membuang buang mencari pasangan yang cocok. Aku sempat terpuruk saat harus kehilangan kekasih saat itu. Aku terus mencari kebenaran, aku khususkan waktu ku dengan kerja dan berdoa. Tak berapa lama, seperti dalam mimpi aku mendapatkan jodohku. Alhamdulilah.
Selang waktu aku pun pindah ke Amerika mengikuti suamiku yang warga negara Amerika. Orang-orang yang mengetahui keinginanku untuk dapat belajar di negeri orang seperti Jepang, Australia, Malaysia mengucapkan "Syukur Alhamdulilah ya mbak, dirimu akhirnya bisa tinggal di luar negeri dan bisa melanjutkan sekolah di Amerika," Aamin.
Baru 3 bulan menginjakkan kaki di Amerika Serikat, aku sudah mendapatkan pekerjaan di universitas terkenal. Tapi sayang, kesibukan membuatku terlalu lelah, sehingga kehamilanku pun tertunda. Aku bertindak cepat, aku putuskan untuk resigned dari kantorku. Aku merasa Allah sepertinya sudah memberikan beberapa tanda bahwa aku akan hamil, karena aku sempat telat gagal, telat dan gagal. Alhamdulilah setelah 2 bulan non active, aku akhirnya bisa hamil.
Anakku baru berumur 3 bulan dan harus pindah ke Eropa. Hidupku pindah-pindah saja. Dan keimananku semakin ngawur, tidak fokus dan tidak setaat dulu saat masih di Indonesia. Yang membuatku selalu bersyukur adalah, aku memiliki suami yang sabar. Suamiku juga taat, tidak minum wine, tidak makan ham/pork. Kami selalu mencari toko yang menjual daging/ayam halal. Mencari makanan halal bukanlah mudah di negeri orang. Jika kami sedang bepergian ke luar rumah, kami hanya memilih vegetarian foods atau seafoods.
Khawatir Memakai Hijab Karena Melindungi Keluarga Dari Diskriminasi
Aku selalu berusaha untuk bisa menggunakan hijab, tapi aku memiliki opini atau pemikiran lain. Aku ingin memakai hijab tanpa membuat keluarga dan yang paling pending adalah anak-anakku mendapat diskriminasi di luar. Karena mereka masih kecil, dan tugasku adalah melindungi mereka. Terlebih setelah kasus 9/11 banyak dari wanita-wanita Muslim harus rela mengorbankan hijab mereka, demi kepentingan dan keamanan keluarganya.
Hijabi haters memang sudah bisa di Amerika, tapi seiring berjalan waktu aku melihat wanita-wanita Muslim mulai banyak terlihat di jalan-jalan menggunakan hijab. Aku juga memiliki teman-teman yang menggunakan hijab, beberapa kali aku berusaha menggali informasi baik-buruknya jika aku mulai start menggunakan hijab.
Penelitianku tidak berhenti, aku terus mencoba dan menyimak apa yang terjadi di luar dengan para hijabi di Amerika. Aku juga terus mencari kekuatan dalam diri sendiri. Saat ini aku bekerja dan aku memiliki kekhawatiran yang amat sangat besar terhadap penolakan yang mungkin terjadi. Tapi aku sudah siap jika harus meninggalkan pekerjaanku lagi, teringat waktu aku ingin hamil dan memutuskan untuk resigned. Keadaan yang sama, untuk menjadi dan mendapat sesuatu yang baik, aku harus rela berkorban.
Alhamdulillah suami dan anak mendukung keputusanku memakai hijab
Aku bertanya pada suamiku, bagaimana pendapatnya jika aku ingin memulai menggunakan hijab? Suamiku tersenyum, dia menyetujui keputusanku. "Apa pun yang terbaik untukmu," begitu jawabnya. Sekali lagi aku juga bertanya dan meyakinkan baik buruknya dan dampaknya terhadap kami sekeluarga. Suamiku mencoba menjelaskan bahwa diskriminasi kemungkinan masih ada, dan banyak hijabi di luar. Lagi pula negara kita United States lebih open terhadap para hijabi, tidak seperti di Prancis atau Belgia.
Aku juga menanyakan kepada anakku, bagaimana menurut pendapatnya. Dia sangat suka, waktu aku mencoba menggunakan scarf. Dia mengatakan "Mama, you look like 10 years old kid. You look cute with that scarf on your head,". Aku tertawa dan bahagia, ternyata anakku menyukainya.
Aku mulai membeli scarf dan perlengkapannya. Aku juga membeli pakaian yang pantas. Ternyata tidak murah, pasti harganya akan murah jika saat ini aku berada di Indonesia. Never mind, kataku dalam hati. Karena aku memang sudah niat. Dan aku tidak mungkin membatalkan niatku hanya karena keperluan membeli scarf dan dress lumayan besar. Hmm ridiculous, aku belanja ribuan dollar sementara untuk membeli barang yang seharusnyaku gunakan bertahun-tahun lalu, membuatku kikir.
Sebelum Ramadan, aku mendapat telepon dari kakak iparku yang memusuhi aku dan suamiku. 6 tahun yang lalu, aku masih berusaha bersilaturahmi tapi dia menolak. Aku sama sekali tidak membencinya, apa pun yang terjadi 6 tahun lalu. Seiiring berjalan waktu, kakak iparku diberikan kesadaran. Dia memohon maaf,  kami juga berbincang bincang menanyakan kabar masing- masing. Aku bersyukur sedalam-dalamnya atas apa yang Allah berikan padaku dan keluarga. Dipertemukannya kembali aku pada kakak iparku.
Ingin menemui ibu setelah memakai hijab
Setelah berhijab, orang pertama yang ingin kutemui dengan penampilan baru ini adalah ibuku. Aku ingin memeluk dan menciumnya, dan berterima kasih akan kesabarannya menunggu aku untuk menjadi Muslim yang sempurna. Aku juga ingin sungkem dengan ayahku yang tidak pernah marah, membiarkan waktu dan keyakinan itu hadir sendiri dalam diriku. Aku ingin mereka mendapat limpahan berkah rahmad Allah di bulan suci ini. Meskipun tahun ini aku belum bisa pulang kampung untuk merayakan lebaran bersama keluarga di Indonesia. Aku tetap bersyukur karena Allah telah kembali memberikan hidayah terbesar untukku. Hidayah setelah lebih dari 10 tahun diselimuti perasaan dan pemikiran yang selalu mengganggu.
Doaku terhadap hijab yang kupakai ini: Semoga aku diberikan kekuatan selama menggunakan hijab ini kapanpun di manapun. Semoga ini adalah jalan yang terbaik. Semoga Allah senantiasa melindungi keluarga dari lindungan orang-orang yang membenci hijabi. Semoga aku tidak menjadi sombong dan tetap pada keyakinanku ini. Terakhir semoga semakin bertambah banyak wanita Muslim di Amerika yang berani menggunakan hijabnya tanpa keraguan dan ketakutan yang pernah kurasakan.
Melihat 2 purnama pada malam Ramadan
Allah Maha Besar, Dia perlihatkan aku indahnya bulan di Ramadan tahun ini. Dari baik jendela kamarku, jam 1 malam aku  dibangunkan dengan sorot terang benderang dari balik jendela kamarku.  Subhanallah, hari itu 1 Juli 2015, aku yang tinggal di California dapat melihat dua bulan yang terang bersinar di langit. Subhanallah sangat indah, tak bisa disebutkan dengan kata-kata. Saat itu aku sempat tidak percaya pada apa yang kulihat. Dua bulan? Iya dua bulan di langit. Waktu aku ambil hp ku untuk ambil fotonya, aku masih belum percaya dengan keindahan yang aku lihat.
Foto 2 purnama yang berhasil aku abadikan
Foto 2 purnama yang berhasil aku abadikan
Aku cari beritanya di Google, ternyata benar keberadaan dua bulan itu. Mungkin tidak semua orang bisa melihatnya, dua bulan ini pernah muncul di tahun 2012. Dua bulan ini akan muncul lagi di akhir bulan Juni, tepatnya 31 Juni 2015 menurut para ilmuwan.
Mungkin inilah apa yang dinamakan hidayah sesungguhnya, seperti halnya kesempatan melihat indahnya dua bulan terang benderang di langit saat bulan Ramadan. Aku semakin yakin bahwa Allah itu ada dan memberikan kesempatan baik, yang tidak semua orang dapat nikmati secara bersamaan. Aku melewatkan kesempatan berhijab selama puluhan tahun, aku bersyukur tahun ini aku tidak melewatkan hidayah tersebut. Allah berikan kesempatan itu. Alhamdulilah.
Kesabaranku, keyakinanku, kerja kerasku dan kepercayaan aku terhadap Allah membuat ber ulang kali aku mendapat hidayah dari Allah. Allah selalu memberikan kesempatan, kesempatan itu berulang tapi kita sebagai manusia jangan lengah, malas dan diam.

0 Response to " Dua Purnama di Malam Ramadan dan Hidayah Berhijab di Benua Amerika "

Posting Komentar