Fenomena Pengendara Cilik; Kebanggaan atau Kebodohan Orang Tua?


Saat ini kita begitu terbiasa melihat anak-anak kecil yang mengendarai sepeda motor secara serampangan di jalan-jalan. Tidak jarang di antara mereka yang mengendarai sepeda motor sambil menelepon atau bahkan mengetik pesan singkat (SMS). Ini sangatlah berbahaya, dan ironisnya adalah adanya orang tua yang dengan bangga ingin agar anak-anak mereka yang masih berusia Sekolah Dasar cepat-cepat dapat mengendarai sepeda motor. Tidak bisa dipungkiri, kadang orangtua yang justru mendekatkan anaknya kepada maut, dengan memberi izin anak di bawah umur mengemudikan kendaraan.
Apa sebenarnya yang ada dibenak para orang tua ini? Terdorong rasa sayang? Rasa bangga merasa anaknya 'pintar dan berani' karena sudah bisa naik motor? Atau karena didorong rasa bersalah yang besar karena orang tua yang terlalu sibuk mencari nafkah, sehingga hal seperti ini cenderung didiamkan? Fenomena soasial seperti ini menjadi bukti dari kegagalan sekaligus kebodohan orang tua dalam pola asuh anak.
Di satu sisi banyak masyarakat yang lantang meneriakkan "Stop membiarkan anak di bawah umur naik sepeda motor" namun disisi lain banyak juga orang tua yang bangga bila melihat anaknya yang masih dibawah umur sudah "mahir" mengendarai skutik/sepeda motor. Rata-rata orang tua mencari pembenaran. "Kalau tidak diperbolehkan, siapa yang mengantar anak saya", "karena naik angkot susah", dan "kalau naik sepeda itu jauh", apapun alasan yang mendasarinya, hal itu tetap salah dan termasuk kategori melanggar hukum.
Orang tua bisa saja memilih alternatif lain, misalnya mengantar sendiri anak ke sekolah, ikut jasa antar jemput, apapun itu tapi tidak dengan membiarkan anak dibawah umur berkendara motor/ mobil, dan bagaimanapun anak di bawah umur butuh pendampingan orang tua. Tingkatkan kesadaran diri anda sebagai orang tua demi keselamatan anak.
Berikut ini adalah beberapa hal yang wajib diperhatikan orang tua sebelum memutuskan untuk mengizinkan anak-anak mengendarai sepeda motor / mobil sendiri:
Usia Anak
Sebaiknya ikutilah ketentuan usia minimum untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi sebelum Anda membiarkan anak Anda mengendarai sepeda motor sendiri. Standar usia minimum yang berlaku saat ini adalah 17 tahun.
Pada usia ini, anak dianggap sudah matang secara psikologis dan kognitif, sehingga bisa bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang dia ambil. Hal itu penting, karena saat berkendara dia akan mengambil keputusan yang tidak hanya menyangkut keselamatan dirinya, tapi juga pengguna jalan lain.
Selain itu, pada usia itu anak juga sudah dianggap stabil secara emosi. Di kondisi jalan raya, pemakai jalan dituntut untuk tidak mudah tersulut emosinya. Tak jarang pertengkaran terjadi di jalan raya karena saling senggol, atau sekadar karena membunyiklan klakson. Kebut-kebutan sesama pengguna jalan juga kerap terjadi, karena terpancing untuk mengejar pengendara lainnya.
Sekarang banyak sekali anak di bawah Usia 16 yang bisa mempunyai SIM C dan anak berusia 18 tahun bisa mempunyai SIM A. Bagaimana cara mendapatkannya, hanya orang tuanya dan mungkin oknum petugas kepolisian yang tahu.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.kompasiana.dewi/motor-untuk-anak-di-bawah-umur-gaya-atau-celaka_552a0ef26ea8343b61552d1d
Namun sekarang banyak sekali anak di bawah Usia 16 yang bisa mempunyai SIM C dan anak berusia 18 tahun bisa mempunyai SIM A. Bagaimana cara mendapatkannya, hanya orang tuanya dan mungkin oknum petugas kepolisian yang tahu.
Kenali Risiko
Anak-anak di bawah umur yang mengendarai sepeda motor, secara fisik belum cukup kuat untuk mengendalikan dan menahan beratnya kendaraan saat kendaraan tersebut berada dalam laju serta posisi yang tidak seimbang. Juga, anak-anak pada usia ini secara emosi belum cukup peka dan matang dalam mempertimbangkan faktor-faktor membahayakan saat berkendara. Mereka lebih didorong oleh emosi keremajaan serta semangat ekspresi diri dan kegagahan, yang membuat mereka lebih mempertimbangkan aspek laju ketimbang aspek keselamatan dalam berkendara. Ini tidak hanya mengancam keselamatan diri mereka sendiri tetapi juga orang lain.
Banyak orangtua yang belum memahami risiko tersebut, akhirnya mengizinkan anaknya mengendarai kendaraan bermotor. Sempat juga berpikir bahwa motor atau mobil jenis matic lebih mudah dikendarai anak, maka bisa jadi pilihan kendaraan aman buat anak. Masalahnya bukan di motor atau mobilnya, tapi di anaknya!
Berikan kasih sayang kepada anak dengan cara yang tepat
Kita perlu mempertimbangkan cara kita menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak kita secara hati-hati dan bijaksana. Sebaiknya kita tidak memberikan barang-barang yang bila diserahkan ke dalam penguasaan mereka, anak-anak belum mampu mempertanggungjawabkannya.
Ada beberapa orang tua yang sebagai perwujudan kasih sayang, mereka membelikan sepeda motor untuk anak-anak mereka yang masih di bawah umur. Ini adalah sebuah ironi. Sejak anak-anak kita masih berada di dalam kandungan, sebagai orang tua tentu saja kita telah berdoa dan dengan kesungguhan hati memohon perlindungan dan keselamatan dari Tuhan bagi anak-anak kita. Lalu, setelah mereka mulai besar dan demi kasih sayang, mengapa kita memberikan kepada mereka barang-barang yang berisiko membahayakan keselamatan mereka?
Didiklah anak-anak Anda untuk menjadi pengendara yang baik
Ajarilah anak-anak Anda untuk patuh dan bersopan santun dalam berlalu lintas. Ajarilah mereka untuk menghargai kepentingan orang lain sebagai pengguna jalan. Beri pemahaman kepada mereka bahwa kecerobohan dapat mengakibatkan kecelakaan diri sendiri dan orang lain, juga pengertian bahwa jalan raya adalah milik umum dan orang lain pun berhak menggunakannya sama seperti kita. Jadilah teladan bagi anak-anak Anda dalam hal ini, agar saat mereka telah cukup umur untuk mengendarai kendaraan sendiri, mereka menjadi pengendara yang bertanggung jawab.
Sudah sepatutnya orangtua mengajarkan hal yang terbaik untuk anak-anaknya. Jangan sampai, niatnya sayang anak, ternyata Anda baru saja menyerahkan buah hati sendiri pada pembunuh nomor satu: jalan raya.
Jangan hanya bisa berharap pemerintah turun tangan. Keselamatan dan ketertiban berlalu lintas sesungguhnya dimulai dalam keluarga. Faktor yang paling dominan adalah orang tua, selanjutnya penegakan hukum. Tapi law enforcement itu pengaruhnya sangat kecil, yang paling penting orang tuanya; jangan membiarkan anak di bawah umur mengendarai sepeda motor, bila celaka baru menyesal kemudian.
Tanamkanlah budaya berlalu lintas yang baik dalam diri anak-anak Anda sejak dini, agar kelak mereka akan menjadi pengendara yang baik dan bertanggung jawab. Tertib berlalu lintas adalah cermin budaya bangsa.

0 Response to " Fenomena Pengendara Cilik; Kebanggaan atau Kebodohan Orang Tua? "

Posting Komentar