Ringan di Lidah Berat di Timbangan


PASTI kita sering mendapat sapaan hangat sang pramuniaga mini market yang sudah menjamur di seluruh negeri sekarang ini. Bahkan bagi orang tertentu sapaan mereka lebih hangat dari sapaan pasangannya. Katanya begitu, boro-boro disapa hangat. Saat masuk rumah pulang kerja lalu mengucapkan salam. Terdengarlah  sebuah jawaban salam. Mungkin kalimat itu benar, cuma nada dasarnya itu yang membuat jadi beda rasa. Karena ia memakai nada dasar paling rendah kalau saat hati lelah, atau nada dasar paling tinggi kalau lagi emosi.
Sedangkan para pramuniaga sangat taat untuk tidak melibatkan perasaan. Profesional melayani, tinggalkan masalah pribadi. Meski hati sedang remuk redam senyum harus tetap dihidangkan. Begitulah faktanya, kadang uang lebih berharga dari perasaan.
Ada tiga kalimat inti yang sering saya dapat dari para pramuniaga ini.
“Selamat datang di xxxxxmart!”
“Beli pulsa sekalian?”
“Terima kasih, selamat belanja kembali.”
Bahkan tertulis di meja kasir, hubungi nomer  sekian-sekian, jika kasir tidak mengucapkan terima kasih kepada pelanggan.
Luar biasa bukan. Tak peduli apakah kita menjawab sapaan tersebut atau malah cuek saja. Tak peduli apakah kita merasa dimuliakan atau malah bosan.
Apakah ada efeknya? Pasti ada dan pasti menguntungkan bagi minimarket itu sendiri.
Jika dalam sehari ada 100 pelanggan maka para mereka akan mengucap kalimat tersebut 100 kali juga. Jika ada tiga kalimat maka terakumulasi menjadi 300 kali mengucap kalimat yang sama setiap hari.
Apakah terasa berat?
Tidak, tentu saja. Jika sudah terbiasa apapun mudah saja.
Mudah-mudahan kita juga bisa terbiasa mengucap kalimat sederhana seperti di bawah ini, kalimat yang ringan di lidah tetapi berat di timbangan.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang berkata (membaca) Subhanallah wa bihamdihi satu hari seratus kali, maka diampuni dosa kesalahannya walau sebanyak buih di lautan.”
( HR. Muslim )
Ibnu Umar ra. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw berkata kepada para sahabatnya, “Ucapkanlah subhanallah wa bihamdihi sebanyak seratus kali. Barangsiapa mengucapkannya satu kali maka tertulis baginya sepuluh kebaikan, barangsiapa mengucapkannya sepuluh kali maka tertulis baginya seratus kebaikan, barangsiapa mengucapkannya seratus kali maka tertulis baginya seribu kebaikan, barangsiapa menambahnya maka Allah pun akan menambahnya, dan barangsiapa memohon ampun, niscaya Allah akan mengampuninya.”
Sebenarnya kalimat zikrullah tidaklah menghabiskan energy. Jika dikalkulasi tak lebih dari kalori satu suapan nasi. Tidak pula menghabiskan masa, lebih banyak waktu untuk nonton sinetron atau pertandingan bola.
Jika berbicara masalah untung dan rugi dijamin ini lebih menguntungkan? Ini hanya sebuah contoh. Masih banyak amalan lain yang juga menguntungkan. Seperti membaca Al-Quran, sholawat, tahlil, istighar, hauqolah, atau apapun yang bisa kita lakukan. Yang diperlukan hanyalah kemauan lalu kedisiplinan, seperti sikap sang pramuniaga kepada para pelanggan.

0 Response to " Ringan di Lidah Berat di Timbangan "

Posting Komentar