Jadi gadis penjual getuk berparas ayu di 'jantung Jakarta', Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, membuat Ninih kini makin dikenal banyak orang. Tapi kondisi itu rupanya tak mengubah pribadi dan keinginan Ninih untuk menjadi tenaga kerja di Taiwan.
Demi mendapat pengalaman dan berjumpa sanak saudara di Taiwan, gadis yang memiliki nama asli Turinih ini masih menunggu panggilan dari perusahan yang menaunginya di Taiwan nanti.
Pengalaman sang Kakak yang lebih dulu menjadi tenaga kerja di Taiwan membuat Ninih bertekad untuk tetap pergi melintasi negara mengadu nasib di negeri orang. "Udah daftar tapi belum ada panggilan lagi. Kalo udah ada panggilan saya bikin paspor terus berangkat ke sana," kata Ninih saat datang ke redaksi Dream.co.id, Tebet, Jakarta Selatan.
Sama seperti anak pada umumnya, gadis berparas ayu ini juga punya banyak cita-cita di masa kecil. Menjadi dokter jadi salah satu impian yang diinginkan sejak dini. "Cita-cita kecil mau jadi dokter. Biar kalo emak sama bapak sakit, saya sendiri yang ngobatin," katanya malu-malu.
Namun sayang, impiannya harus terjanggal oleh keadaan ekonomi di desa. Ninih terpaksa harus berhenti sekolah dan bekerja membantu perekonomian keluarga.
"Bapak kan buruh tani di desa. Jadi kalo di kampung suka bantuin orangtua jualan. Kadang kalo lagi musim tandur (menanam padi), ya tandur. Di sana nggak ada pekerjaan selain bantu-bantu," tambah Ninih yang sudah di-make overdengan riasan yang bikin dia tambah cantik ini.
Tak lupa sebelum melangkah meninggal Indramayu kampung halamannya, sang ibu memberi pesan agar menjadi anak yang rajin dan tidak malas. Sukses menjadi pedoman yang di genggam Ninih hingga detik ini.
Tidak malu meski harus menjinjing keranjang dan berkejaran dengan petugas keamanan. Impiannya membahagiakan kedua orangtua di desa sudah menjadi harga mati bagi Ninih. Bekerja dan terus bekerja.
"Ninih sukses dulu biar enak. Jangan nakal kalo di Jakarta. Harus nurut sama kakak, kerja yang rajin biar sukses. Kalo udah sukses baru kamu mikirin yang lain," tutup Ninih menirukan sang ibu.
0 Response to " Ninih `Penjual Getuk`, Bahagiakan Ibu Jadi Harga Mati "
Posting Komentar